Ganda campuran.. itulah gambaran pasangan suami istri, tidak peduli ketika sebelum berpasangan dia adalah pemain tunggal or memang di latih untuk bermain ganda.. namun ketika bertanding untuk ganda campuran.. berdua harus saling mengisi semua sisi.. meski biasa yang wanita berjaga di depan net siap bermain netting atau menggebuk bola ketika tanggung.. namun harus bisa bermain di belakang menerima bola-bola lob ketika pasangannya hampir habis napas terlalu sering smesh..
Ibarat pemain badminton tunggal putri yang beralih main ganda campuran, sering kali gaprapak raket, sering kali lari ke belakang semua, or berebut smesh.. itulah yang aku alami ketika awal-awal berumah-tangga. sebagai cewek yang terbiasa mandiri dan terbiasa mengambil keputusan sendiri harus belajar menselaraskan kehendak dengan suami yang notabene adalah kepala keluarga dan memang secara kodrati haruslah demikian bila mau berbahagia..
Setiap tetes air mata selalu diperhitungkan apakah layak.. ada harga untuk setiap butir-butir-nya.. itulah sebabnya bila ada sesuatu yang membuat dia menangis pastilah hal yang sangat “kebangetan”..
Namun aneh ketika sesudah menikah justru sering kali tetesan air mata yang seharusnya tidak layak keluar namun bisa mengucur deras hanya oleh karena tingkah or ucapan sederhana seorang suami yang sering kali kekeh jumekeh. Memang aneh.. berhari-hari aku mencoba merenungkan apakah setelah menikah dan mempunyai “kepala” wanita akan menjadi lemah, apakah dengan menyelaraskan kehendak wanita menjadi tidak berkehendak bebas? Syukur kepada Allah yang memberikan pasangan yang kekeh terhadap prinsip namun sangat menghargai dan mendorong setiap orang untuk mengaktualisasikan diri secara optimal. Ternyata yang sulit adalah ketika mencocokan prinsip, ketika prinsip-prinsip sudah cocok, hal-hal pelaksanaan sebenarnya istrilah yang sangat berperan dalam mengatur rumah tangga, ibaratkan kalau suami adalah kepala maka istri adalah leher-nya, leher yang menyangga itulah peran istri yang selalu akan terus menjadi support dan penolong suami, istri yang bisa membuat kepala mengangguk dan menggeleng (seperti Hawa membuat Adam menggaguk untuk tawaran makan buah pengetahuan), istri jugalah yang dapat membuat kepala bisa selalu tegak terhormat.. Ketika menyadari hal ini… sungguh bersyukur Allah menciptakanku sebagai wanita..
Wahai para istri.. ambillah peran ini dengan seluruh kebanggaan dan tanggung-jawab.. dengan cara membina dan memperlengkapi diri terus menerus sehingga kita siap untuk menjadi support dan membuat “kepala” selalu tegak meskipun kadang “kepala” menjadi kekeh jumekeh janganlah membuatnya tunduk layu hanya untuk supaya dia tahu peran anda.. membuat suami terhormat adalah kebahagiaan seorang istri…
Wahai para ibu.. ambilah peran ini dengan bangga dan sukacita.. dengan cara membina dan perlengkapi diri dengan cinta dan kasih.. membuat anak-anak berhasil menjalani hidupnya dengan cara yang benar itulah cara mendidik anak.. mempersiapkan anak-anak mengarungi belantara kehidupan dengan tetap takut akan Tuhan dan menghormati bapaknya dan mengasihi ibunya..
Namun dalam perjalanan ber-ganda campuran sering kali trek raket dan kadang menyerahkan perjuangan ke salah satu pihak dengan mengatakan “sak karepmu” dengan hati tidak rela.. ketika wanita dan istri “menyerah” dan menjadi lemah seringkali dipicu oleh suami yang tidak tahu kalau dia tidak mau tahu.. justru seringkali suami yang membodohi istrilah yang membuat istri bodoh.. justru seringkali ketika suami yang tidak bisa berperan sebagai “imam”lah yang membuat istri kehilangan arah.. justru suami yang sering meng-goblok-kan istrilah yang sebenarnya membuat goblok generasi berikut-nya..
Wahai para suami.. sungguh amat besar pengaruhmu dalam menentukan arah masa depan keluargamu.. ambilah peran sebagai “imam” dalam keluarga karena itulah peran yang seharusnya seorang suami menjadi wakil Tuhan dan membawa seluruh keluarga mengenal Sang Khalik dengan benar, buatlah istrimu bangga dan encourage her dengan mengasihinya..
Wahai para bapak.. sungguh besar peranmu untuk memberi teladan kepada anak-anakmu dengan mengajarkan mereka takut akan Tuhannya dan ajarkan cara menghormati orang tua dengan jalan mengasihi ibunya..
Dengan melakukan peran masing-masing itulah cara mempertahankan biduk rumah tangga, dan menjadi pasangan yang seimbang, haruslah etrus di usahakan bukan hanya ketika masih pacaran, justru ketika sudah berumah tangga-pun harus tetap membina diri untuk terus menjadi seimbang..
Dua bulan terakhir ini, seperti berlari sprint.. itulah yang harus aku lakukan untuk mengejar keseimbangan dengan suami, meski sudah berlari dengan memaksa diri.. tanyalah kepada suamiku.. dia akan menjawab.. bagaimana kita bisa mencapai ini.. itu.. bila salah satu kaki-ku masih ter”gandul-i” ?? Pernahkah aku menghambat-mu? bukankah selama ini dia .. bebas.. mengejar mimpinya.. tahukah kamu? yang mengganduli-mu hanyalah your illussion.. (para lelaki memang aneh.. di hantui pikiran dan kekuatiran sendiri namun cari-cari alasan.. )
Hingga di suatu tempat nggak tahu di Kilometer berapa.. kami bertemu.. tidak tahu apakah aku yang berlari atau dia yang menunggu.. inilah titik seimbang .. ketika tahu ada hal-hal yang harus perlu support.. ada hal-hal yang akan optimal bila dilakukan bersama-sama, dan ada juga hal-hal yang akan cepet mencapai tujuan bila dilakukan sendiri-sendiri menjadi lebih lincah..
Ketika merasakan perang sama asiknya dengan damai, ketika merasakan sakit sama enaknya denga sehat, ketika merasakan sendiri sama indahnya dengan bersama.. itulah bahagia berumah-tangga.. meski perceraian bukan hal yang menakutkan lagi… jangan masuk-kan kata-kata dan alternatif itu menjadi salah satu jalan penyelesaian rumah tangga.. meski di akhir sekalipun.. nanti kita akan berkreasi dan menjadi kreatif membina rumah tangga dan menikmati seninya membina keluarga sakinah.. yang takut akan Tuhan..
Menjadi pasangan sepadan tidak harus melakukan segala sesuatu bersama-sama..
Menjadi pasangan sepadan harus selalu di usahakan..
Menjadi pasangan sepadan adalah seni yang amat nyeni..
Tulisan yang bagus joli…..
memperluas wawasan dan memberi inspirasi.
Tuhan memberkatimu dan keluargamu.
Terima kasih Bu Yuli atas tulisannya, mohon ijin untuk sharing ke pasangan saya.
GBu,
BernadusNana