Pesta, untuk tampil cantik, rela bertopeng kepalsuan. Bulu mata palsu, amplas, scrub, dempul, filler wajah, wah nggak kan dikenal lagi tidak kayak Joli. Beruntung punya stok senyum dan tawa berlimpah, so tak perlu senyum palsu. Kata Tante Paku “Dalam sukacita harus berjaga dan siap terima dukacita sama banyaknya”.
Ditengah persiapan pemberkatan pernikahan keponakan tercinta di pantai Mutiara Jakarta, tiba-tiba terdengar dering telpon dengan suara gagap dan latar belakang raungan sirine, berita mengejutkan, kecelakaan di tempat kerja, ya musibah besar menanti. Ada 6 prajurit-ku gugur, meninggal.. Mati.. Terbayang kejadian ketika ku kecil, waktu kebakaran pabrik, Papa harus ke polisi tuk diperiksa dll,.. Tit..tit, sms tambah satu lagi, 7 orang meninggal,
Aku shock, hidup serasa mati, sebelum kesadaran lenyap, segera sms my bojo, “there is big problem, aku PULANG, carikan “teman””. Juga sms Hai2, tolongin Joli ya Hai, minta Iis (istri hai2 bekerja di biro travel) carikan Joli tiket pulang, SEKARANG, seadanya, mau Solo or Jogja, bayarin sik, dan bantuin berdoa ya Hai, pls.. Aku tuakut.
Terbayang ada penjara menanti… Ada banyak tangis keluarga para staff menunggu-ku, ada banyak polisi siap menanti, ada buanyak hal tak ku mengerti, membuat aku tuakut..
Dalam panik, duka, takut, putus asa berbaur jadi satu. Tak bisa berpikir, tak kuasa berdoa.. Sabtu sore jalan macet, perjalanan yang harusnya cepet pantai mutiara ke bandara jadi luama krn sopir salah jalur.. Satu setengah jam, hampir dua jam malah.. Berlari-lari dengan sepatu jinjit, muka kayak ondel2 pun tak peduli, mengejar pesawat. Akhirnya dapat Sriwijaya jurusan Solo, di dalam pesawat lastest, tak bisa apa-apa, hanya pejamkan mata dan berusaha mengucap doa Bapa kami… tertidur… Alhamdulilah, seruan lega para penumpang membangunkan, saatnya landing, ternyata di beban puncak, batas kekuatan, dalam tidur terhindar gonjang ganjing pesawat oleh angin dan cuaca buruk.. ya ternyata penumpang panik karena cuaca buruk..
Sesudahnya…, hidup bagaikan robot, ketika prahara dasyat menghantam, membuat tubuh, jiwa, dan roh seakan tercerai dan tak sepakat…
Ketika
Tubuh berlari dan akal budi bergerak terus, mencari pertolongan,
Sang jiwa gelisah dan ketakutan,
roh mencoba diam tenang supaya dapat berdoa.
Roh berkata kepada jiwa, : ” tenanglah wahai jiwaku.. ”
“Tidak bisa, bagaimana bisa tenang bila dalam sedih dan takut?
Ok meski tak bisa tenang kucoba tuk diam.. ” Jawab jiwa
Tubuh dan akal berkata : “Ayo kamu harus tetap tegar dan kuat, ada banyak orang puluhan bahkan ratusan bergantung kepadamu.. Ayo cari jalan.. “. Itu niat dari sang tubuh..
Tekanan silih berganti..
Terkapar,
radang,
flu berat,
tubuh menyerah,
“puji Tuhan”, kata jiwa dan roh.
Saatnya kita sepakat..
Apa yang mau kita buat??
Tidak tahu..
Sepakat menyerah.. Pasrah..
Bersama kami bersujud,
pls help me Lord, pls Lord.. Tolonglah Tuhan.. Pls.. Please…
Ketika Badai menerjang klik di sini
Itu pengalaman tepat sebulan yang lalu, medio october kemarin, belum selesai sih, namun ada banyak hal yang membuat mata ini menjadi celik.
Dalam semua kejadian ini nyata firmanNYA, : “AKUlah Tuhan Allahmu…”
ya dalam semua hal, DIA lah Tuhan.
NOT YET FINISHED…